Qiamulail Sebagai Bateri


Assalamualaikum w.b.t. Bercakap mengenai ibnu Harakah ini atau ahli gerakan Islam ini,kita tidak akan dapat lari dalam menyebut sekali perkataan SIBUK.Ya,SIBUK.Setiap daripada kita yang terlibat dengan gerakan Islam pasti akan sentiasa kesibukan.Kesibukan dengan tugas-tugas dakwah yang tiada penghujungnya. Inilah hakikat akan dunia dakwah.Tugas dakwah tidak akan berakhir sahabat-sahabat,tapi,ganjarannya,sangatlah lumayan.Melebihi apa yang ada di dunia ini.Yaitu tempat yang kekal selamanya,tiada kefanaan,iaitu Jannah(syurga).

Tetapi malangnya sahabat sekalian,apabila kita diasak dengan kesibukan kerja-kerja dakwah yang kita katakan 'lillahitaala',sering kali kita lupa mengenai hubungan kita dengan 'bos' yang kita sungguh sibuk bekerja untuknya.Ya,pelik bukan.Kita bekerja dengan bersungguh-sungguh dan sanggup berkorban masa dan apa saja untuk kerja yang kita lakukan untuk 'bos' kita tu,tapi,pada masa yang sama kita melupakannya!..Pelikkan?Inilah realitinya...seringkali kita lupa mengenai hubungan kita dgn Khaliq kita,tetapi kita bekerja bersungguh-sungguh untuknya..Sering kali kita mengabaikan 'habluminallah' kita.

Apabila kita terlalu sibuk untuk kerja-kerja dakwah,maka ibadah khusus kita dgn Allah S.W.T pun makin kurang.Solat pun tidak lagi diawal waktu,Al-Quran hannya dibaca seminggu sekali,Qiamullai apatah lagi.Sebab itu seringkali kita melihat ibnu Harakah yang kecundang di jalan dakwah.Ada yang 'Futur'(lemah) malah ada yang menarik diri dari jalan dakwah.persoalannya,MENGAPA?

Jawapannya adalah kerana 'bateri' kita telah habis.Ya,bateri.Bateri yang dimaksudkan ialah kekuatan dalaman yang ada pada setiap pejuang Islam itu sendiri.apabila kita sudah tidak mempunyai kekuatan dalaman untuk membuat kerja-kerja dakwah untuk Islam lagi,maka secara automatiknya,semangat kita akan luntuk dan paradigma kita terhadap hidup dan perjuangan pun mula berubah.Daripada paradigma berpaksikan akhirat kepada paradigma berpaksikan dunia.Maka,apabila itu berlaku,kita tidak lagi memandang indah kerja-kerja dakwah yang kita lakukan ini.Maka dengan sendirinya,kita akan makin 'hilang' dari jalan dakwah itu sendiri.

Maka salah satu cara penyelesaiannya ialah dengan memperkasakan qiamullail tu sendiri.Qiamullail(Bangun malam) mampu menjana kekuatan dalaman seorang pejuang Islam.Qiamullail, yg mana Allah S.W.T telah mewajibkan kepada Rasulullah S.A.W dan para sahabat pada waktu awal perkembangan Islam untuk qiamullail beribadat pada Allah S.W.T selama 1 TAHUN.Ya 1 TAHUN untuk tiap-tiap malam untuk beribadah pada Allah S.W.T.Nampak memeritkan sahabat-sahabat,tetapi demi Islam dan keimanan mereka pada Allah S.W.T, mereka sanggup melakukannya dan hasilnya sangat hebat.Kesan dari Qiamullail yang istiqamah selama satu tahun itu,Rasulullah dan para sahabat dapat menahan segala mehnah,ujian dan cabaran dalam memperjuangkan Islam selama 23 tahun riwayat perjuangan Rasulullah S.A.W.Kekuatan dalaman dan keimanan mereka begitu tinggi hingga walaupun diseksa dengan pelbagai seksa yang menggerikan,diuji malah ada yang terkorban sepanjang ujian tersebut,mereka tetap teguh memperjuangkan Islam walau apapun onak dan duri yang melanda.Sungguh tinggi Iman dan Kekuatan dalaman mereka.

Jadi sahabat-sahabat sekalian,untuk meningkatkan keimanan dan menjana kekuatan dalaman kita sebagai ibnu harakah,hendaklah kita selalu menjaga hubungan kita dengan Allah S.W.T.Salah satu caranya ialah dengan qiamullail selalu.Semoga dengan ini,kita akan sentiasa istiqamah dalam memperjuangkan Islam demi cinta kita pada-Nya....wallahua'lam

Solat Subuh, Antara Ujian Terberat

Makna Ujian

Ungkapan lidah sering tak sesuai dengan keyakinan hati, Dan beribu ucapan tidak sesuai dengan amal perbuatan. Mukmin yang benar dan jujur adalah yang sesuai antara perkataan dengan perbuatannya. Sedangkan orang munafik, secara lahiriah kelihatan bagus Dan bersih, namun hatinya keras bagaikan batu, bahkan lebih keras lagi.

Allah swt. Maha Mengetahui apa yang terlintas dalam hati manusia. Mengetahui Mata yang tidak jujur Dan segala yang tersembunyi dalam dada. Mengetahui yang munafik dari yang mukmin, serta mengetahui yang dusta dari yang jujur.

Namun, atas kehendak-Nya, Dia berhak memberikan ujian-ujian tertentu, untuk mengetahui rahsia hati yang tersembunyi dalam setiap jiwa; serta menunjukkan siapa yang hanya berbicara tanpa melaksanakan apa yang ia katakan; atau menyakini sesuatu, tapi tidak merealisasikannya.

Tujuan ditampakkannya rahsia hati itu kerana Allah swt. Ingin menegakkan hujah (alasan) atas manusia, agar di Hari kiamat nanti tidak Ada seorang pun yang merasa dizalimi Dan teraniaya. Mereka diberi ujian, akan tetapi sebagian besar gagal dalam ujian tersebut. Lebih dari itu, melalui ujian, Allah swt. Ingin membersihkan barisan orang-orang mukmin dari orang-orang munafik. Sebab, bercampurnya orang mukmin dengan orang munafik akan melemahkan barisan, menyebabkan kegoncangan, Dan mengakibatkan kekalahan serta kehancuran.

Ujian merupakan sunnah ilahiyah Dan sebagai standard bagi semua manusia tanpa kecuali, yang berlaku sejak Adam a.s. Diciptakan hingga Hari kiamat kelak.

Allah swt. Berfirman dalam kitab-Nya:
Alif lam mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: " Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar Dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS.Al-Ankabut [29]: 1-3).

Ujian dari Allah swt. Tidak sedikit jumlahnya, Dan berlaku terus-menerus sejak manusia mendapat beban syariat, sampai tibanya kematian. Jihad fisabilillah merupakan ujian, bahkan sebagai ujian yang sangat berat. Namun, bukan mustahil dilakukan karena orang-orang mukmin bisa Lulus dalam ujian itu. Sedangkan orang-orang munafik, tidak akan Lulus. Infak di jalan Allah swt. Adalah ujian. Ujian ini sulit, tetapi bukan sesuatu yang mustahil.

Orang mukmin mampu melaksanakannya, sementara orang munafik tidak akan mampu. Begitu pula, bersikap baik terhadap sesama manusia juga ujian; menahan amarah juga ujian; redha dengan hukum Allah swt. Juga ujian; berbuat baik kepada orang tua pun ujian, Dan seterusnya.

Ujian memiliki variasi tingkat kesulitan. Seorang mukmin harus Lulus dalam semua ujian itu untuk membuktikan kebenaran imannya, Dan untuk menyelaraskan antara lisan Dan hatinya.


Solat Subuh, Ujian Terberat

Inilah ujian yang sesungguhnya. Ujian yang sangat sulit, namun bukan satu hal yang mustahil. Nilai tertinggi dalam ujian ini ­bagi seorang laki-laki­ adalah solat Subuh secara rutin berjemaah di masjid. Sedangkan bagi wanita, solat Subuh tepat pada waktunya di rumah. Setiap orang dianggap gagal dalam ujian penting ini, manakala mereka solat tidak tepat waktu, sesuai yang telah ditetapkan Allah swt.

Sikap manusia dalam menunaikan solat fardhu cukup beragam. Ada yang mengerjakan sebahagian solatnya di masjid, namun meninggalkan sebahagian yang lain. Ada pula yang melaksanakan solat sebelum habis waktunya, namun dikerjakan di rumah.

Dan, Ada pula sebahagian orang yang mengerjakan salat ketika hampir habis batas waktunya (dengan tergesa-gesa). Yang terbaik di antara mereka adalah yang mengerjakan solat fardhu secara berjemaah di mushala/masjid pada awal waktu.

Rasulullah saw. Telah membuat klasifikasi yang dijadikan sebagai tolok ukur untuk membezakan antara orang mukmin dengan orang munafik. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., IA berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda:

" Sesungguhnya solat yang paling berat bagi orang munafik adalah solat Isya' Dan solat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak".
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Apabila Rasulullah saw. meragukan keimanan seseorang, beliau akan menelitinya pada ketika solat Subuh. Apabila beliau tidak mendapati orang tadi salat Subuh (di masjid), maka benarlah apa yang beliau ragukan dalam hati.

Di sebalik pelaksanaan dua rakaat di ambang fajar ini, tersimpan rahsia yang menakjubkan. Banyak permasalahan yang bila dirujuk, bersumber dari pelaksanaan salat Subuh yang diringan-ringankan. Itulah sebabnya, para sahabat Rasulullah saw. sekuat tenaga agar tidak kehilangan waktu emas itu.

Pernah suatu hari, mereka terlambat salat Subuh dalam penaklulkan benteng Tastar. 'Kejadian' ini membuat seorang sahabat, Anas bin Malik selalu menangis bila mengingatnya. Yang menarik, ternyata Subuh juga menjadi waktu peralihan dari era jahiliyah menuju era tauhid. Kaum 'Ad, Tsamud, dan kaum penderhaka lainnya, dilibas azab Allah swt. pada waktu Subuh.

Seorang penguasa Yahudi pernah menyatakan bahawa mereka tidak takut dengan orang Islam, kecuali pada satu hal, yaitu bila jumlah jemaah solat Subuh mencapai jumlah jemaah solat Jumaat. Memang, tanpa solat Subuh, umat Islam tidak lagi berwibawa. Tak selayaknya kaum muslimin mengharapkan kemuliaan, kehormatan, dan kejayaan, bila mereka tidak memperhatikan solat ini.

Bagaimana orang-orang muslim tidur di waktu Subuh, lalu dia berdoa pada waktu Dhuha atau waktu Zhuhur atau waktu petang hari (Asar), memohon kemenangan, keteguhan dan kejayaan di muka bumi. Bagaimana mungkin?

Sesungguhnya agama ini tidak akan mendapatkan kemenangan, kecuali telah terpenuhi semua syarat-syaratnya. Yaitu dengan melaksanakan ibadah, konsekuen dengan akidah, berakhlak mulia, mengikuti ajaran-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, dan tidak sedikit pun meninggalkannya, baik yang ringan apalagi yang sangat penting.

Subhanallah! Allah swt. akan mengubah apa yang terjadi di muka bumi ini dari kegelapan menjadi keadilan, dari kerusakan menuju kebaikan. Semua itu terjadi pada waktu yang mulia, ialah waktu Subuh. Berhati-hatilah, jangan sampai tertidur pada saat yang mulia ini.

Allah swt akan memberikan jaminan kepada orang yang menjaga solat Subuhnya, yaitu dibebaskan dari siksa neraka jahanam. Diriwayatkan dari Ammarah bin Ruwainah r.a., ia berkata:

Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: "Tidak akan masuk neraka, orang yang solat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari." (HR. Muslim).

Solat Subuh merupakan hadiah dari Allah swt., tidak diberikan, kecuali kepada orang-orang yang taat lagi bertaubat. Hati yang diisi dengan cinta kemaksiatan, bagaimana mungkin akan bangun untuk solat Subuh? Hati yang tertutup dosa, bagaimana mungkin akan terpengaruh oleh hadith-hadith yang berbicara tentang keutamaan solat Subuh?

Orang munafik tidak mengetahui kebaikan yang terkandung dalam salat Subuh berjemaah di masjid. Sekiranya mereka mengetahui kebaikan yang ada di dalamnya, niscaya mereka akan pergi ke masjid, bagaimanapun keadaannya, seperti sabda Rasulullah saw.: " Maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak."

Cuba kita bayangkan ketika ada seorang laki-laki yang tidak mampu berjalan, tidak ada orang yang membantu memapahnya. Dalam keadaan yang sedemikian rupa, ia bersikap keras mendatangi masjid dengan merangkak dan merayap di atas tanah untuk mendapatkan kebaikan yang terkandung dalam salat Subuh berjamaah

Sekiranya kita saksikan ada orang yang meninggalkan salat Subuh berjamaah di masjid (dengan sengaja), maka kita akan mengetahui betapa besar musibah yang telah menimpanya.

Tulisan ini bukan untuk menuduh orang-orang yang tidak menegakkan solat Subuh di masjid dengan sebutan munafik. Allah swt Maha Tahu akan keadaan setiap muslim. Namun, sebaiknya hal ini dapat dijadikan sebagai bahan pembaiki bagi setiap individu (kita), orang-orang yang kita cintai, anak-anak, serta sahabat-sahabat kita. Sudahkah kita salat Subuh berjamaah di masjid/musalla secara istiqamah?

Jika seseorang meninggalkan solat Subuh dengan sengaja, maka kesengajaan tersebut adalah bukti nyata dari sifat kemunafikan. Barang siapa yang pada dirinya terdapat sifat ini, maka segeralah bermuhasabah dan bertaubat. Mengapa? Karena dikhuatiri akhir hayat yang buruk (su'ul khatimah) akan menimpanya. Nauzubillah minzalik!

Sumber :
Misteri Salat Subuh (Menyingkap 1001 Hikmah Salat Subuh Bagi Pribadi dan Masyarakat). Dr. Raghib As-Sirjani. Penerbit Aqwam Jembatan Ilmu.

Contohi Zulqarnain Sebagai Pemimpin

Zulqarnain di dalam al-Quran mengikut para ulama bukan Iskandar al-Maqduni atau Alexander The Great yang pernah kita baca dalam buku sejarah itu. Alexander itu adalah penakluk yang tidak beriman. Mereka berdua mungkin sama dari sudut kepintaran menakluk, tetapi iman memisahkan mereka.

Menurut al-Quran Zulqarnain sampai ke penghujung timur dan barat bumi. Beliau menemui pelbagai watak manusia. Dia melakukan kebaikan kepada mereka dan mengajak mereka beriman kepada Allah.

Kemuncak pengambaraan Zulqarnain ialah apabila dia sampai ke daerah yang terletak di antara dua bukit. Daerah itu sering diserang oleh Ya’juj dan Ma’juj, daripada keturunan Adam yang mengganas tanpa batasan.

Siapakah Ya’juj dan Ma’juj? Kaum yang tinggal di daerah itu bersedia mengupah Zulqarnain untuk membina tembok pemisah antara mereka dan Ya’juj dan Ma’juj. Zulqarnain menolak upah itu dan bersedia bekerjasama dengan mereka untuk melakukannya.

Bagaimama Zulqarnain bekerja? Ini yang penting dan sepatutnya diteladani.

1. Zulqarnain berkepakaran tinggi – Dia bukan pemimpin biasa tetapi seorang yang berilmu. Dia menguasai ilmu dakwah, ilmu perang, ilmu seni kepimpinan termasuk ilmu binaan. Dia membina tembok pemisah dengan sangat teguh sehingga tidak mampu dipanjat dan ditebuk. Semua kepakarannya dimanfaatkan di tempat yang sebenar. Dia berlemah-lembut dengan sasaran dakwahnya, bertegas dengan penentangnya dan bekerjasama dengan mereka yang sedia bekerjasama. Dengan lembut ada tegas, dalam tegas ada bijaksana.

2. Bijak memanfaatkan kebolehan orang lain – Biar pun Zulqarnain berupaya membina tembok itu dengan kekuatan tentera yang dimilikinya, namun dia tidak berhidung tinggi. Dia menghargai kebolehan penduduk setempat dengan memohon kerjasama mereka dalam bidang yang mereka berkebolehan. Beliau meminta mereka mendapatkan kepingan besi, menimbunnya setinggi bukit, meniup kepingan besi sehingga panas membara, mendapatkan tembaga cair dan menuangkan tembaga itu di atas timbunan besi berkenaan. Penduduk setempat tidak merasai tembok itu sumbangan Zulqarnain sepenuhnya, tetapi merasai itu hak mereka juga kerana mereka turut menyumbang dalam pembinaannya.

3. Sedar mengenai kedudukan diri sendiri – Selesai pembinaan tembok, Zulqarnain menyifatkan kejayaannya itu sebagai rahmat dari Tuhan. Tembok itu terbina dengan kehendak Tuhan dan bakal ranap dengan kehendak Tuhan juga. Beliau tidak merasa dirinya serba hebat, serba tahu dan serba sempurna. Penyandaran urusan hidup kepada Tuhan pada permulaan dan penghujungnya, membentuk jiwa mereka yang berkuasa agar sedar akan amanah kekuasaan yang dimilikinya. Sebesar mana pun kuasa, setinggi mana pun jawatan, sekuat mana pun pengaruh, sampai masa ranap jua.

4. Sentiasa mendapat pertolongan Allah – Zulqarnain sentiasa dipermudahkan oleh Tuhan dalam semua urusannya. Jalan sentiasa terbuka dan terbentang. Dia boleh sampai kemana-mana dengan bantuan angin. Tuhan memudahkan urusannya sebab itu kehendak Tuhan untuknya. Beliau pula memanfaatkan semua kemudahan itu untuk meninggikan kalimah Tuhan. Dia tidak mengambil kesempatan kemudahan anuherah Tuhan itu untuk kepentingan dirinya. Beliau sedar, sehebat mana pun dirinya, semua itu anugerah Tuhan jua.

Paling penting, mengapa Zulqarnain dirakamkan oleh Allah di dalam al-Quran. Beliau bukan nabi dan rasul. Namun, kisah beliau disebut dengan panjang lebar oleh Tuhan di dalam kitabnya. Kisahnya bakal dibaca oleh manusia sampai kiamat.

Di sana ada ribuan nabi, namun nama mereka tidak tersebut pun di dalam al-Quran. Di sana ada puluhan rasul, nama mereka tersebut tetapi tidak diceritakan dengan panjang seperti Tuhan memperihalkan Zulqarnain?

Adakah beliau lebih mulia daripada nabi dan rasul? Tidak, para nabi dan rasul lebih mulia daripadanya. Kalau begitu, mengapa begitu? Inilah model pemimpin yang dikehendaki oleh Allah untuk dicontohi, pemimpin di peringkat mana pun. Pemimpin mesti berilmu, bijak memanfaatkan kebolehan orang lain walau pun orang yang paling lekeh, sedar akan letak duduk diri sendiri dan sentiasa berusaha untuk melayakkan diri mendapat pertolongan Allah.

Sekurang-kurangnya kita semua adalah pemimpin kepada diri sendiri atau keluarga kita. Contohilah Zulqarnain, apatah lagi kalau kita adalah pemimpin sebuah JAMAAH ISLAM.

Menteri Besar Kelantan, Tuan Guru Nik Abdul Aziz Nik Mat

Merokok: Antara Lemah Jati Diri, Menipu Diri atau Jahil

Merokok membahayakan kesihatan. Kenapa saya tidak merokok? Sejak kecil, ibu saya menanamkan dalam diri anak-anaknya bahawa merokok merupakan suatu kesalahan besar. Ibu menyedarkan kami bahawa merokok adalah punca asal dan permulaan kepada gejala penagihan dadah di kalangan remaja sekolah. Didikan itu telah membina suatu jati diri yang kuat dalam diri saya dengan menolak sepenuhnya tabiat merokok sehingga hari ini.

Tidak perlu saya menghuraikannya secara panjang lebar keburukan merokok dari sudut saintifik dan agama. Daripada bukti-bukti yang ada, merokok telah diakui oleh semua orang tanpa khilaf lagi, memberi kesan negatif kepada kesihatan tubuh perokok, orang di sekelilingnya dan tidak terkecuali alam sekitar juga.

Allah berfirman yang bermaksud :

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, kerana sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” [Surah al Baqarah: 195]

Merokok boleh membawa kebinasaan kepada kesihatan tubuh badan manusia. Apakah kita tidak mahu beriman dengan ayat Allah itu?

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud :

“Tiada (jangan melakukan) perkara yang membawa kemudaratan pada diri sendiri dan tiada (jangan melakukan) perkara yang memudaratkan orang lain” [HR Ibnu Majah]

Bukankah merokok boleh membahayakan bukan sahaja perokok tetapi juga orang lain melalui pencemaran udara? Dalam hukum fiqh, keharaman merokok masih dalam ruang lingkup khilafiah kerana ia bukan persoalan yang boleh dimuktamadkan melalui nas qat’ie dari al Quran dan hadis. Pun begitu, saya tidak setuju kepada mereka yang beralasankan soal khilafiah sebagai hujah untuk membenarkan sesuatu perkara yang boleh memudharatkan diri mereka, sama ada dalam aspek keduniaan atau keagamaan. Prinsip yang diajarkan oleh Islam mengkehendaki kita supaya apabila kita mengetahui hakikat kebenaran sesuatu hujah itu, kita perlu jujur menerimanya. Kita tidak boleh membohongi diri kita dengan kebenaran hanya disebabkan ingin memuaskan nafsu dan kemahuan kita semata-mata.

Ada orang yang mengetahui hakikat merokok itu memudharatkan tetapi dia tetap bertegas mengharuskan perbuatan tersebut dengan alasan ada pendapat lain yang mengatakan ia tidak haram. Analoginya, anda tahu meminum arsenik walaupun dalam kuantiti sedikit itu berbahaya kepada kesihatan dan boleh menjadi pembunuh senyap, tetapi anda tetap meminumnya hanya kerana beralasankan keharamannya secara jelas tidak ada dalam al Quran atau hadis. Berakalkah anda jika bertindak demikian? Mungkin ada benarnya sindiran Menteri Besar Kelantan, Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat yang menyifatkan perokok dari kalangan mereka yang berkopiah dan berjubah lebih hina dari binatang.

Di negeri-negeri seperti Selangor, Pulau Pinang, Kedah, Perlis, Melaka dan Sarawak, fatwa keharaman rokok telah digazetkan. Bahkan di peringkat kebangsaan, Muzakarah Jawatankuasa Fatwa, Majlis Kebangsaan Hal Ehwal Islam Malaysia Kali Ke-37 yang berlangsung pada 23 Mac 1995 telah memutuskan bahawa amalan merokok itu hukumnya adalah haram menurut pandangan Islam, walaupun tiada fatwa khusus dikeluarkan mengenainya.

Hukum melanggar fatwa adalah haram, yakni berdosa apabila dilakukan. Dengan kata lain, mana-mana individu yang merokok di negeri-negeri terbabit akan mendapat dosa. Jika individu ini berterusan melakukan dosa kecil ini secara terbuka, tidakkah boleh dikategorikan sebagai seorang yang fasik? Bagaimana pula keabsahan bagi kesaksian dan perwalian dari orang ini?

Remaja yang merokok sebenarnya terdiri dari mereka yang mudah terpengaruh dengan persekitaran dan rakan sebaya serta kurang jati diri. Penilaian ini didasarkan dari pengalaman rakan-rakan, ahli keluarga dan diri saya sendiri. Semasa belajar di universiti, saya pernah tinggal serumah dengan kesemua penghuninya adalah perokok. Syukur, saya tidak terpengaruh di usia remaja itu sehinggalah sekarang, walaupun saya melihat sendiri ramai rakan-rakan saya yang asalnya dari kelompok yang baik, terjebak dalam tabiat merokok ini atas pengaruh rakan sama ada ketika bangku sekolah, universiti atau alam pekerjaan. Secara peribadi, saya bersyukur kerana mempunyai kekuatan jati diri saya hasil didikan ibu saya, di samping contoh tauladan dari tokoh yang saya selalu ingati iaitu Tun Dr. Mahathir bin Mohamad.

Kita wajar mengucapkan syabas kepada sahabat-sahabat kita yang berjaya menghentikan tabiat merokok mereka. Sesungguhnya ia tidak akan berhasil melainkan dengan keazaman dan semangat yang tinggi. Alah bisa tegal biasa. Saya menyeru seluruh pembaca supaya bersama berkempen menghentikan tabiat merokok ini untuk kebaikan semua. Ingatlah merokok bukan sahaja membahayakan kesihatan perokok, malah boleh memudharatkan orang lain dan alam sekitar melalui pencemaran udara. Lebih penting lagi, agama melarang sebarang perbuatan yang boleh membawa kebinasaan dan pembaziran.

Nabi Ismail sebagai Qurban

Nabi Ibrahim dari masa ke semasa pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan menjenguk Ismail di tempat pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya kepada puteranya yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing bila mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan umum.

Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah, maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan, seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah, seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oleh tangan si ayah sendiri.

Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah, menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.

Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud: "Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya". Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam (niat) tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.

Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:

"Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."

Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata: "Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah".

Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah perkorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan perkorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku. "Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.

Dalam keadaan bingung dan sedih hati, kerana gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya: "Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan". Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa, Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor Qibas yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap Hari Raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia.

Mengingati Umar ketika Melihat Runtuhnya Keadilan

Apakah kekuatan Khalifah Umar Al-Khattab yang menyebabkan keadilan Islam dapat ditegakkan sepenunnya di zaman pemerintahannya. Malah para pengkaji beranggapan bahawa pada zaman pemerintahan Umarlah kecemerlangan Islam sangat terserlah - dapat membebaskan Baitulmaqdis, bandar-bandar di timur Eropah dan menumbangkan empire Rom dan Parsi.

Menurut ulama dan para pengkaji sejarah bahawa kejayaan Umar ini disebabkan, pertama, kepimpinannya takutkan Allah dan Rasul-Nya, bukan kepada yang yang lain. Kedua kerana beliau merasakan kepimpinannya bertanggungjawab lansung di depan Allah swt, ketiga, merasakan setiap langkah dan tindakan yang dilakukannya benar-benar mengikut apa yang diperintahkan di dalam Al-Quran, hadis dan Sunnah, sementara keempat mempunyai rasa kemanusiaan yang sangat tinggi. Justeru, sebelum bertindak dia bertanya terlebih dulu kepada dhamirnya (bisikan hatinya) sama ada tindakannya itu adil atau tidak.

Ini yang menjadi pendorong utama Umar dalam melakukan pelbagai arahan dan tindakan - bukan sahaja tindakan yang berhubung dengan kes-kes yang melibatkan sekitar hukum fiqh tetapi juga tindakan politik dan ketenteraan serta diplomasi, di mana ijtihadnya menepati kehendak Al-Quran dan hadis. Ini menyebabkan Nabi s.a.w. sering bersetuju dengan pandangan dan tindakan Umar, justeru Nabi saw pernah berkata: "Pada diri Umar sering memancar kebenaran dan kecemerlangan Islam." Kini, dalam keadaan kalut sekarang, masyarakat merindukan seorang tokoh atau beberapa tokoh yang diharapkan mampu menegakkan keadilan, sama ada sebagai pemimpin politik yang memerintah, pemimpin masyarakat atau pemimpin dalam kelompok bangsa masing-masing serta keluarga. Namun tokoh yang anda cari tidak juga ditemui.

Yang ada di depan mereka ialah pemimpin yang gila kuasa, mengamalkan rasuah, pilih kasih, salahguna kuasa dan pelbagai perbuatan mungkar lagi. Justeru rakyat semakin kecewa dan merasa lemas dengan keadaan yang ada. Mereka seperti berada di sebuah terowong gelap yang tidak ada sebarang cahaya di hujungnya untuk menunjuk jalan menghala keluar.

Memang ramai para pemimpin dari golongan terpelajar, berkedudukan tinggi, popular, berpengaruh, memiliki harta dan kuasa yang luas, namun kepimpinan mereka sering ditandai dengan pelbagai perlakuan buruk - selain tidak adil juga pilih kasih, salahguna kuasa, tiada ketelusan, rasuah dan pelbagai lagi. Apakah kuasa itu membolehkan segala-galanya.

Semua ini berlaku kerana kebanyakan pemimpin ini jauh dari ciri-ciri yang ada pada Umar Al-Khattab, iaitu mereka tidak merasa takutkan Allah swt Mereka tidak merasakan kepimpinannya bertanggungjawab di depan Allah swt sebab itu tindakan yang dilakukan oleh mereka sama sekali bertentangan dengan Al-Quran, hadis dan Sunnah.

Mereka juga tidak memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi justeru sebelum bertindak, mereka tidak pernah bertanya kepada bisikan hati mereka sendiri sama ada tindakannya itu adil atau tidak. Inilah masalah yang menghadapi kepimpinan yang ada.

Oleh itu, dalam keadaan sekarang, untuk mencari kepimpinan seperti Umar Al-Khattab samalah seperti 'memerah batu untuk mencari walau setitis air'. Anehnya, di tengah-tengah keadaan begini ada pemimpin yang walaupun zalim tetapi bercakap pula dengan lunaknya mengenai keadilan dan kata-kata yang muluk-muluk, malah kononnya bercita-cita pula untuk menegakkan kesamarataan rakyat. Ini benar-benar mengelirukan, sama seperti pencuri yang meneriakkan konon di sana ada pencuri, pada hal dialah sebenarnya sang pencuri.

Umar Al-Khattab menjalani kehidupan sangat sederhana - rumah sederhana, pakaian sederhana, kenderaan sederhana, makan minumnya sederhana, bahkah beliau mengenakan peraturan supaya keluarganya tidak memiliki harta, jauh dari membolot harta negara. Kisah Umar dan keluarganya yang hidup sederhana ini sudah diketahui umum sejak zaman berzaman, tetapi kisah ini jauh dari diteladani.

Ketika membebaskan Baitulmaqdis, Umar memakai pakaian lusuh sehingga orang menyangkakannya sebagai 'penjaga kuda Umar', sehinggalah pasukan Muslimin memberitahu penduduk Islam dan Kristian di Baitulmaqdis bahawa itulah Amirul Mukminin, bukan penjaga kudanya, menyebebabkan mereka tereranjat dan mengkagumi Umar dan pasukannya.

Umar melarang rakyat menyambutnya secara besar-besaran-besaran, melarang orang mengawalnya dengan rapi, jangan berdiri dan mencium tangan untuk menghormatinya ketika tiba di sesuatu majlis. Malah beliau tidak mahu duduk di bahagian depan di dalam sesuatu majlis, serta melarang khatib yang menyampaikan khutbah berdiri di tempat yang lebih tinggi daripada jemaah supaya antara khatib dan jemaah tidak terpisah.

"Kedudukanku tidak lebih mulia dari kamu semua," kata Umar, "yang membezakan ialah kerana aku diamanahkan memimpin kamu semua. Ini tanggungjawab berat, "kata-kata ini diucapkan oleh Umar di suatu perhimpunan di Madinah ketika kaum Muslimin mendengar amanatnya.

Di sisi lain, Umar Al-Khattab melarang sama sekali anak isteri dan saudara maranya dari mengumpul harta semata-mata kerana ada hubungan dengan kekuasaan khalifah. Hal ini sesuatu yang sangat sukar dicontohi oleh pemimpin-pemimpin kerajaan di zaman kini dan mungkin di masa akan datang juga kiranya mereka bukan jenis pemimpin yang takutkan perintah Allah dan tidak peduli dengan persoalan dosa pahala.

Sementara itu, ulama dan pengkaji sejarah Islam di seluruh dunia bersependapat bahawa kerajaan Umarlah yang berjaya menterjemahkan syariat Islam yang berpaksikan keadilan dan kasih saying. Beliau mengingatkan tentera Islam supaya tidak menyalahgunakan kuasa, tidak berlaku kejam kepada rakyat walaupun berlainan agama dan suku kaum, bahkan berkewajipan melindungi mereka semua.

Umarlah orangnya yang memperjuangkan hak-hak rakyat tanpa mengira batas agama, warna kulit, suku kaum dan sebagainya. Justeru ketika Umar terbunuh di tangan Abu Lu'luah, seorang keturunan Parsi, rakyat menangis bukan semata-mata kerana kehilangan pemimpin yang disayangi, tetapi lebih jauh dari itu merasakan pemergian Umar seperti berakhirnya suatu zaman kegemilangan Islam dengan segala keadilannya. Mereka merasakan selepas pemergian Umar, maka keadilan mengucapkan 'selamat tinggal'.

Umar telah pergi meninggalkan kita lebih seribu tahun lalu, namun legasinya, keadilan dan kesaksamaannya masih kekal dalam ingatan umat ketika umat sendiri - masa kini - sedang menyaksikan kepimpinan kezaliman yang tidak adil, tidak merasa berdosa kerana berdusta, menyeleweng, salahguna kuasa, rasuah dan segalanya . Namun kepimpinan ini tanpa malu-malu sering pula bercakap mengenai keadilan Umar. Inilah sebuah kepura-puraan di tahap paling tinggi.

Di depan kita sekarang hutan belentara kezaliman, ketidakadilan dalam pelbagai bentuk dan jauh dari petunjuk Ilahi, namun itulah wajah kepimpinan yang dipaksakan kita menerimanya. Justeru tugas umat ialah berjuang mengembalikan semula kepimpinan yang mempunyai cirri-ciri seperti Umar Al-Khattab

Manfaatkan Teknologi Maklumat Dalam Berdakwah


TERTARIK benar penulis dengan penjelasan seorang tok guru dalam tazkirah di sebuah masjid berhampiran rumah penulis baru-baru ini bahawa dalam perkembangan teknologi komunikasi sekarang ini lebih mudah untuk seseorang mendekatkan dirinya dengan Penciptanya, Allah SWT.

Katanya, dalam telefon selular boleh dimasukkan cip bacaan al-Quran sebanyak 30 juzuk, jadi bolehlah seseorang itu menghayati bacaan al-Quran sepanjang masa dan di mana saja dia berada. “Tetapi janganlah dibuka dalam tandas,” beritahu tok guru. Katanya, pada zaman serba canggih ini semakin mudahlah seseorang itu mendekatkan dirinya dengan Allah, namun keberkesanannya bergantung kepada individu juga; jika teknologi hebat dia hanya berminat untuk mendengar lagu-lagu penyanyi kesukaannya, maka gagallah dia mendekatkan dirinya dengan Allah.

Tok Guru berkata; “dah tua-tua ni janganlah terlalu berminat dengan suara Siti Nurhaliza lagi, bertaubatlah, gunakanlah kemudahan moden itu untuk mendekatkan diri dengan Allah. Hayatilah bacaan al-Quran, ketenangan akan kita perolehi.”

Bercakap mengenai penggunaan teknologi komunikasi dalam dakwah, berdasarkan pengalaman penulis mengikuti tazkirah dan kelas pengajian di masjid berbanding kursus umrah yang dianjurkan syarikat swasta, ternyata yang kedua ini selalunya menggunakan pendekatan multimedia mendatangkan kesan lebih mendalam kepada hadirin.

Pada kebanyakan kelas pengajian di masjid yang biasanya diadakan antara solat maghrib dan isyak, komunikasi adalah sehala, ustaz saja yang bercakap sedangkan jemaah mendengar saja. Jarang benar ustaz bersedia membuka soalan kepada jemaah.

Apabila berlaku komunikasi sehala, penulis perhatikan ada jemaah tersenguk-senguk, menandakan mereka tertidur tetapi pada persembahan multimedia ketika kursus umrah penulis mendapati hadirin begitu tertarik dan bersemangat sekali.

Teknologi komunikasi berkembang pesat, jadi tidakkah teringin pemimpin masjid meningkatkan kaedah penyampaian termasuk tazkirah dengan menggunakan alat bantuan multimedia seperti slaid Powerpoint dan skrin gergasi?

Berhubung perkara ini, Abdul Halim Ismail dalam majalah Risalah, Bilangan 4 (April 1992) antara lain menulis: “Dengan meningkatnya teknologi komunikasi canggih bermakna meningkatlah darjah persaingan antara pelbagai kelompok, badan dan pertubuhan serta organisasi-organisasi untuk memenangi hati massa.

“Kini badan perniagaan dan korporat, parti politik, agensi pelancongan, badan budaya dan pengusaha industri hiburan terlibat dalam perang maklumat (infowar) yang sengit sekali. Dalam kebisingan dan hiruk pikuk seperti ini, mesej agama selalunya menjadi terpencil dan tidak didengari. Apatah lagi kalau badan-badan dakwah dan gerakan Islam memilih untuk menarik diri daripada perlumbaan yang hebat ini, pastilah suara dakwah menjadi bertambah perlahan.

“Kita yakin bahawa mesej Illahi adalah perutusan unggul yang harus ditebar seluas-luasnya. Allah sendiri menegaskan, “siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak kepada Allah? (terjemahan al-Quran, surah Fussilat 41:33). Namun tanpa ikut serta dalam ‘technological leap’ yang pantas kini, dakwah akan hanya mampu menguasai ‘market share’ yang kecil sahaja seperti yang disebut dalam American Demographics, ‘God may not be dead, but the mass market is’.

“Walaupun survival gerakan Islam tidak banyak bergantung kepada teknologi maklumat komunikasi, tanpa impak daripada operasi dakwahnya yang merupakan raison d’etre kehadirannya bergantung besar kepada kaedah dan media yang dimanfaatkan.”

Berdasarkan pengamatan penulis, jemaah yang mengikuti kelas pengajian di masjid pada setiap kali adalah orang yang sama. Mereka mungkin terdiri daripada 20 orang daripada seluruh penduduk kariah atau kampung seramai 2,000 atau 3,000 orang. Jika orang dewasa di kampung itu ada 2,000 orang, kehadiran hanya 20 orang menunjukkan betapa gagalnya pentadbiran masjid dalam mendidik orang Islam. Tentunya masjid gagal diimarahkan kerana dengan tidak hadirnya 1,980 daripada 2,000 penduduk lelaki dewasa atau lebih 99 peratus penduduk kampung bermaksud mesej Islam gagal disampaikan secara berkesan.

Jadi bagaimana mahu berkomunikasi dengan lebih 99 peratus penduduk itu? Tentunya kaedah tradisional di mana ustaz duduk menghadap 20 ‘murid tua’ itu perlu diperkemaskan agar seruannya dapat didengar dan dimanfaatkan oleh seluruh penduduk kampung.

Sebuah masjid di ibu kota (Masjid Sayidina Abu Bakar As-Siddiq di Bangsar) telah memulakan alat bantuan multimedia pada khutbah Jumaatnya. Dua skrin gergasi yang setiap satu bernilai RM6,000 diletakkan di sebelah mimbar, dan apabila khatib berkhutbah, persembahan slaid mengiringi isi khutbah, sekali gus menaikkan minat jemaah yang biasanya terkulai layu pada tengah hari yang panas itu.

Di beberapa masjid lain di Wilayah Persekutuan sudah ada persembahan Powerpoint bagi mengiringi khutbah Jumaat. Semuanya dilakukan dengan harapan jemaah akan lebih memahami sesuatu isu itu di samping mengelakkan mereka daripada terlena.

Alangkah baiknya, alat bantuan ini juga digunakan ketika diadakan tazkirah dan kelas pengajian di masjid. Pengurusan masjid juga boleh memikirkan bagaimana tazkirah itu dapat dipanjangkan kepada ratusan atau ribuan penduduk kariah yang tidak hadir berbanding dengan 20 jemaah tetap masjid.

Berdakwah kepada 20 ahli tetap masjid ini amatlah baik tetapi alangkah besar manfaat dan ganjarannya jika ribuan penduduk kampung dapat disampaikan ilmu dan maklumat. Memang betul, anak murid perlu mencari guru tetapi alangkah beruntung jika kita dapat memanfaatkan teknologi komunikasi yang kini berada di depan mata untuk menyeru seluruh penduduk ke arah kebaikan.

Bayangkan apa yang dapat dilakukan sekiranya organisasi dakwah mempunyai ‘linkage’ rangkaian telekomunikasi dengan setiap rumah dengan data dan maklumat yang sedia dimanfaatkan oleh semua pihak.

Ya, apa kata kita wujudkan telekomunikasi antara masjid dengan rumah penduduk dalam sesebuah kariah itu. Dengan itu apa saja sesi tazkirah di masjid boleh diikuti di rumah, tetapi harap-harap ia tidak disalahgunakan oleh penduduk lelaki dewasa untuk tidak hadir ke masjid.

Mungkin orang lelaki akan berterusan dipujuk ke masjid tetapi dengan wujudnya hubungan telekomunikasi masjid-rumah itu boleh dimanfaatkan sepenuhnya oleh golongan perempuan terutama suri rumah yang terlalu sibuk dengan anak-anak dan urusan rumahtangga.

p/s: blog juga merupakan salah satu cara menyampaikan dakwah.

MonoloG dalm Diri hamba..


Jika mereka sibuk mencari cinta,
Biar kita sibuk mencari iman.


Jika mereka sibuk mencari pasangan,
Biar kita sibuk mencari keredhaanNYA,


Jika mereka menangis kecewa bercinta.

Biarlah kita menangis mengenang dosa semalam.


Jika mereka cintakan kemanusian,
Biarlah kita cintakan tuhan,


Jika mereka mendambakan kehidupan duniawi.

Biar kita dambakan ukhrawi...
carilah cinta yg hakiki hanya pada Tuhan yg Esa

P/s:Dambalah cinta Ilahi kerana ia ia adalah cinta yang hakiki...Patuhi Rasul kerana rasul membawa rahmat sekalian alam.. Taati ibu bapa kerana Redha Allah terletak pada Redha kedua ibu bapa.....

-sahabat-


Sunnah Orang Berjuang

Assalamualaikum.sahabat-sahabat sekalian..mari kita bersama-sama hayati lirik lagu di bawah. Sebagai seorang yang bersama-sama berjuang menyampaikan dakwah,saya berbesar hati untuk sma-sama berkongsi apa yang telah saya dapat..Lirik yang penuh bermakna dan nasyid yang mampu meyemarakkan lagi semangat seseorang untuk terus berdakwah dan menyampaikan Agama Allah..Sesungguhnya kehidupan seseorang seseorang yang sentiasa berjuang menyebarkan Agama Allah adalah indah jika dia menikmati betul-betul perjuangannya.

Bagaimanapun,banyak cabaran yang bakal dihadapi dan ditempuhi sebgai seorang pendakwah. Namun begitu, teruskan kerana Allah sentiasa mengasihi dan membantu hamba-Nya yang sentiasa berjuang mempertahankan agama-Nya. Jika bukan kita siapa lagi..Seringlah kita berdoa kepada-Nya agar sentiasa memberi ketabahan di dalam diri kita..

Janganlah rasa segan salah seorang kalian kepada manusia, menghalanginya untuk mengucapkan kebenaran jika melihatnya, menyaksikannya, atau mendengarnya.

(HR. Ahmad, 3/50, At-Tirmidzi, no. 2191, Ibnu Majah no. 4007. Dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullahu dalam Silsilah Ash-Shahihah, 1/322)



Kata Imam Hassan Al-Banna:
‘Saya ingin menjadi seorang guru dan pendakwah. Saya akan mendidik para pemuda pada waktu siang, malam dan waktu cuti. Saya akan mengajak keluarga mereka mengamalkan cara hidup Islam dan menunjukkan kepada mereka jalan untuk mendapatkan kegembiraan dan kebahagiaan hidup yang sebenar. Saya akan menggunakan cara-cara yang paling baik yang termampu oleh saya untuk mencapai tujuan ini melalui syarahan, penulisan dan pengembaraan di jalan raya dan lorong-lorong.’

Sunnah Orang Berjuang
(klik untuk dapatkan lagu in)

Berjuang menempah susah
Menanggung derita menungkah fitnah
Itulah gelombang hidup samudera duka
Seorang mujahid membela tauhid

Dipisah dia berkelkana
Dibelenggu dia uzlah menagih bina
Namun jiwa tetap mara memburu cinta
Membara demi allah dan rasulnya

Berjuang tk pernah senang
OmbaK derita tiada henti
Tenang resah silih berganti
Inilah sunnah orang berjuang

Malamnya bagai rahib merintih sayu
Dihiris dosa airmata
Siangnya bagaikan sinar dirimba
Memerah keringat mencurah tenaga

Sudah sunnah
Berjuang ke jalan allah

Berjuang memang pahit
Kerana syurga itu manis
Bukan sedikit mahar yg perlu dibayar
Bukan sedikit pedih yg ditagih

Berjuang ertinya terkorban
Rela terhina kerna kebenaran
Antara dua jadi pilihan
Dunia yg fana atau syurga

p/s: Ya Allah,kurniakan kepadaku kekuatan agar aku sentiasa kuat menahan godaan dunia.. Berikan aku taufik dan hidayah moga aku terus di bawah perlindungan dan rahmat-Mu..Aku memohon agar engkau membuka pintu hati-Ku supaya aka dapat bersama-sama dengan pejuang Islam yang lain dalam menyebarkan Agama-Mu..aku pohon perlindungan daripada-Mu agar aku terhindar dari fitnah dunia..buangkan sifat malas yuntuk beribdah kepada-Mu..Ampunkan segala dosa yang telah ku lakukan..sesungguhnya aku adalah hamba-Mu yang lemah..Engkau yang Allah adalah maha kuasa yamg memiliki segala kesempurnaan...amin..
-sahabat-

BERSANDING MENURUT PERSPEKTIF ISLAM


Sebelum berbincang lebih panjang elok kiranya kita menyatakan apakah maksud sebenar bersanding. Seperti yang diterangkan di dalam Kamus Dewan Edisi Keempat mukasurat 1385 bersanding ialah duduk bersebelah-sebelahan (berjajar,berdamping,spt pengantin di atas pelamin).

SEJARAH DAN ASAL USUL PERSANDINGAN

Sejarah persandingan pula tidak diterangkan secara jelas di dalam kitab-kitab sejarah. Sebahagian mengatakan bahawa persandingan ialah adat yang dilakukan oleh bangsa Melayu sejak zaman dahulu.Sebahagian lagi mengatakan bahawa ianya merupakan adat yang diambil daripada India.Ini seperti yang diterangkan oleh De Jong (Religions in the Malay Archipelago, Oxford Univ. press, 1965) dan Joginder Singh (Tata Rakyat, Longman, 1978) dan mereka berpendapat ia adalah pengaruh Hindu.

HUKUM DAN PERBAHASAN

Jika dinilai pada maksud sebenar bersanding seperti yang diterangkan di dalam Kamus Dewan Edisi Keempat tersebut maka ianya adalah HARUS. Sekadar pengantin lelaki dan perempuan duduk bersebelahan maka tiada masalah padanya. Cuma jika dibahaskan daripada sudut adat dan budaya yang diamalkan sekarang seperti disediakan pelamin yang mahal, wanita berhias berlebih-lebihan serta tidak menutup aurat , adat bertepung tawar dan sebagainya maka perkara seperti ini perlu dibahaskan satu persatu secara terperinci.

PELAMIN

Berkenaan dengan pelamin yang mahal maka ianya tidaklah dituntut di dalam Islam. Walaupun kita kaya sekalipun maka tetap disarankan agar kita bersederhana di dalam berbelanja.Ramai yang menggunakan hujah bahawa pelamin sebegini perlu dilaksanakan sebagai kenang-kenangan untuk masa hadapan dan sebagainya. Hujah-hujah sebegini tidaklah boleh diterima pakai kerana lebih menjurus kepada hawa nafsu. Hukum dan saranan Baginda sallallahu alaihi wasallam sepatutnya lebih kita turuti.

Tetapi jika cuma disediakan tempat untuk bergambar bersama pengantin dan tempat tersebut dihias dengan seadanya, maka beberapa adab perlu diraikan.Antaranya ialah tidak berlaku percampuran bebas antara lelaki dan wanita, wanita wajib menutup aurat di hadapan lelaki yang ajnabi( yang boleh dikahwininya) dan begitu juga golongan lelaki ,wajib bagi mereka menutup aurat di hadapan wanita ajnabiah. Jika kesemua perkara ini diraikan maka tiadalah masalah padanya.

Kesimpulan tentang hukum pelamin ini ialah kita melarang berlakunya pembaziran dan percampuran lelaki dan perempuan yang berlaku seperti zaman sekarang. Tetapi jika semua perkara tersebut boleh kita elakkan maka hukumnya adalah HARUS.

Sebelum kita membahaskan lebih panjang sebaiknya kita memahami apakah yang dimaksudkan dengan membazir. Di dalam bahasa arab terdapat dua kalimah yang digunakan iaitu الإسراف dan التبذير. Sebahagian ulama mengatakan bahawa kedua-dua kalimah ini maksudnya adalah sama.

Al-Imam al-Jurjani rahimahullah mengatakan bahawa al-Israf ialah mengeluarkan harta lebih daripada perkara yang diperlukan.Manakala al-Tabzir pula ialah mengeluarkan harta bukan kepada perkara yang diperlukan (perkara maksiat).

Kata Guru kami yang mulia, Yusri Rushdi Al-Sayyed Jabr Al-Hasani di dalam satu kuliah beliau:

“Contoh mudah bagi al-Israf ialah seperti kita memerlukan untuk seminggu kehidupan kita sebanyak sekilo daging,tetapi kita membeli sebanyak 2 kilo daging maka ini dinamakan Israf.Manakala al-Tabzir ialah kita mengeluarkan walau sedikit wang untuk membeli perkara yang diharamkan maka ianya dikira al-Tabzir.Seperti membeli sebatang rokok yang berharga 50 qurush(matawang mesir lebih kurang 30 sen Malaysia) maka ini dinamakan al-Tabzir”
Kedua-dua perkara yang kita sebutkan ini adalah dicela dan tidak dituntut di dalam Islam. Jika berlebih-lebihan didalam perkara yang harus seperti contoh yang kita berikan tidak dituntut maka lebih-lebih lagi jika perkara itu menjurus kepada haram.

BERTEPUNG TAWAR DAN MENABUR BERAS KUNYIT

Ini merupakan adat turun-temurun yang dilakukan ketika majlis persandingan dilangsungkan. Sepanjang pembacaan saya tentang perkara ini , antara tujuan dilakukan perkara ini ialah untuk menambahkan semangat berdasarkan kekuningan padi kepada kedua pengantin. Terdapat juga jampi dan mentera yang tidak difahami bahasanya dengan tujuan menghalau roh-roh jahat dam sebagainya.

Jika perkara sebegini dilakukan maka hukumnya jelas HARAM. Sabda Baginda sallallahu alaihi wasallam:


عن أبي هريرة رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : من أتى عرّافا أو كاهنا فصَدَّقَه بما يقول فقد كفر بما أُنزِل على محمد.


Maksudnya: Diriwayatkan daripada Saidina Abu Hurairah radhiyallahu anhu katanya: Sabda Baginda sallallahu alaihi wasallam: Sesiapa yang mendatangi dukun dan bomoh ,malah membenarkan apa yang disebutkan oleh dukun atau bomoh tersebut, Sesungguhnya (orang-orang yang mendatangi bomoh dan dukun sebegini) telah mengingkari apa yang diwahyukan kepada Baginda sallallahu alaihi wasallam.

Perkara-perkara sebegini wajib ditegah berlaku di dalam masyarakat Muslim.

Alternatifnya, kita boleh melaksanakan majlis doa selamat bagi mendoakan kepada kedua pengantin agar dipelihara oleh Allah taala daripada sebarang kecelakaan. Maka ini sangat-sangat dituntut di dalam Islam.

WANITA BERHIAS DAN TIDAK MENUTUP AURAT

Bersanding dikatakan tujuannya adalah untuk mempertontonkan pengantin kepada hadirin. Perkara ini berbalik kepada hukum asal melihat wanita bagi lelaki ajnabi.Menurut para ulama, lelaki ajnabi diharamkan melihat wanita ajnabi walaupun bukan dengan tujuan syahwat. Ini jika tiada sebab yang mengharuskan bagi seorang lelaki tersebut melihat kepada wanita ajnabiah. Jika mempunyai sebab yang dibenarkan syarak seperti meminang, di dalam majlis pengajian, berubat dan ketika jual beli maka tiadalah masalah untuk lelaki ajnabi melihat kepada wanita ajnabiah.

Jika ada golongan yang mengatakan bahawa tujuan diadakan persandingan mengikut adat ialah untuk memperkenalkan kepada ahli keluarga dan orang ramai kedua-dua pengantin. Maka kita katakan, tiadalah masalah jika kita ingin memperkenalkan kedua-dua pengantin kepada orang yang hadir dengan syarat adab-adab yang kita sebutkan sebelum ini diraikan . Jika perkara ini diraikan maka syarak tidaklah menghalang perkara ini dilaksanakan.

Masalah aurat juga perlu dititik-beratkan oleh pengantin dan orang ramai yang hadir.Firman Allah taala di dalam surah al-Nur ayat 31:

Maksudnya: dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka ; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka, atau bapa mertua mereka, atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka , atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat wanita, dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah taala, wahai orang-orang yang beriman , supaya kamu berjaya

Ayat ini sangat jelas menunjukkan arahan daripada Allah taala supaya menutup aurat.

ETIKA PEMAKAIAN

Antara syarat-syarat pakaian bagi wanita dan lelaki ialah:

1. Mestilah pakaian tersebut daripada jenis yang menghalang daripada orang mengetahui warna kulitnya. Ini bermakna, seseorang tersebut tidak boleh memakai pakaian yang nipis sehingga orang boleh mengetahui warna kulitnya.

2. Mestilah pakaian tersebut menutup keseluruhan aurat lelaki dan wanita tersebut.

3. Mestilah pakaian yang dipakai tidak membolehkan orang mengetahui bentuk tubuh dan auratnya iaitu tidak ketat.

Kebanyakkan orang pada zaman sekarang tidak memahami masalah menutup aurat ini dengan baik. Maka mereka melakukan kesilapan dalam keadaan mereka tidak sedar. Ketiga-tiga syarat yang kita sebutkan perlulah diraikan kesemuanya. Jika kurang salah satu daripada syarat-syarat tersebut maka seseorang tersebut masih dikira tidak menutup aurat. Kita mendapati ada golongan yang berpakaian ketat dan bilamana kita melarangnya maka mereka mengatakan bahawa yang penting orang tidak mengetahui warna kulit . Maka ini jelas menunjukkan bahawa mereka tidak faham syarat-syarat berpakaian yang diletakkan oleh syarak.
Maka para pengantin dan orang ramai perlulah meraikan perkara ini. Satu lagi perkara yang perlu diambil perhatian ialah berkenaan make-up pengantin. Berhiaslah sekadarnya, berpadalah dengan kecantikan asli yang diberikan Allah kepada kita. Tidak perlu membazir wang menjemput juru solek bagi mengkaburi mata orang lain . Malah kita bimbang termasuk di dalam ayat Allah taala di dalam surah al-Ahzab ayat 33:


وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُولَى


Maksudnya: Janganlah kamu bertabbarruj sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliyah pada zaman dahulu.

WARNA PAKAIAN

Masalah warna pakaian juga menjadi perbahasan dikalangan orang ramai. Adakah syarat-syarat tertentu bagi warna pakaian bagi wanita? Menurut Syeikh Ali Jum’ah Hafizahullah di dalam kitabnya Fatawa Asriyah(Fatwa semasa) warna tidaklah ditetapkan oleh syarak bagi wanita cuma yang wajib bagi mereka ialah mengikut syarat-syarat yang diletakkan oleh syarak di dalam etika berpakaian .

Syarat berpakaian ialah seperti yang telah disebutkan oleh saya sebelum ini.

Pendapat yang mengatakan bahawa wanita perlulah memakai warna yang gelap-gelap agar manusia tidak memandang kepada mereka tidaklah terlalu tepat. Ini kerana ada terdapat golongan manusia yang menyukai warna yang gelap. Maka mereka tetap akan memandang kepada wanita yang berpakaian gelap.


sumber:nazirulnasrul.blogspot.com

 
powered by Blogger